PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI MAN 15 JAKARTA
Asbulloh
MA Negeri 15 Jakarta
Email: asbulloh21@gmail.com
Abstrak
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi telah masif dimanfaatkan untuk menunjang berbagai macam kepentingan. Salah satu penerapan model Pembelajaran sebagai solusi pembelajaran blended Learning. Hal tersebut sebagai solusi tepat, karena sekolah Madrasah Aliyah Negeri 15 Jakarta dalam renovasi gedung. Sehingga menuntut semua komponen tetap melaksanakan Pembelajaran, meskipun dengan keterbatasan.
Sebagai langkah solusi yang penulis lakukan yaitu dengan memanfatkan teknologi (Blended Learning) dalam pembelajaran Sosiologi. Penulisan ini menggunakan kajian literatur. Penulisan naskah ini bertuuan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan pembelajaran Sosiologi di MA sistem UKBM melalui model blended learning. Dengan model blended learning, pembelajaran sistem UKBM diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dan dapat memanfaatkan secara efektif teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan komponen dalam blended learning, teori belajar yang menjadi pijakan adalah teori belajar konstruktivisme. Yang mendorong membangun pengetahuan berdasar dari pengalaman individu dan penerapan langsung dilingkungan.
Abstract
The use of information and communication technology has been massively utilized to support various interests. One of the applications of the Learning model as a blended Learning learning solution. This is the right solution, because the State Islamic High School 15 Jakarta is renovating the building. So that it requires all components to continue to carry out Learning, even with limitations. As a solution step that the author took, namely by utilizing technology (Blended Learning) in Sociology learning. This writing uses a literary study. The purpose of writing this manuscript is to determine the effectiveness of the implementation of Sociology learning in the MA UKBM system through the blended learning model. With the blended learning model, the UKBM learning system is expected to accommodate the needs of students and can utilize information and communication technology effectively. Based on the components in blended learning, the learning theory that is the basis is the constructivism learning theory. Which encourages building knowledge based on individual experience and direct application in the environment.
Kata Kunci: Pembelajaran Sosiologi di MAN 15 Jakarta, Sistem UKBM, Model Blended Learning
PENDAHULUAN
Di era digital seperti saat ini, kiranya perkembangannya dapat dimanfaatkan secara optimal dan bijak dalam konteks pembelajaran Sosiologi, utamanya di sekolah yang penulis lakukan. Peserta didik pada tingkat ini, merupakan kelompok usia aktif dalam penggunaan gadget di setiap aktifitasnya sehari – hari. Keadaan ini merupakan sebuah peluang bagi guru selaku pengajar untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan memanfatkan teknologi.
Kemutakhiran teknologi informasi dan komunikasi saat ini masif dimanfaatkan banyak orang untuk menunjang berbagai macam kepentingan. Pembelajaran Sosiologi akan dapat berjalan dengan lebih menarik juga dapat memudahkan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Namun demikian, daya pendukung multimedia dalam upaya perubahan pembelajaran tidak bertumpu pada kecanggihannya untuk menyampaikan informasi melainkan ketika keaktifan para pebelajar menggunakannya sebagai teknologi kognitif (Pranata, 2009).
Dari segi istilah blended learning berarti blended (kombinasi/ campuran) dan learning (belajar). Pada istilah lain hybrid course (hybrid berarti campuran/kombinasi, course = mata ajar). Definisi asli serta populer digunakan dalam blended learning mengarah pada belajar yang mencampur atau mengkombinasikan pembelajaran secara langsung tatap muka (face to face learning) dengan pembelajaran dengan pemanfaatan komputer (computer based learning). Thorne (2003) berpendapat bahwa tentang blended learning, “It represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning”. Dikemukakan pula oleh Bersin (2004), yang berpendapat blended learning sebagai: “the combination of different training “media” (technologies, activities, and types of events) to creating an optimum training programme for a specific audiences”.
Secara etimologi, istilah blended learning tersusun atas dua kata blend yang artinya campuran, bertujuan untuk menaikkan kualitas agar semakin baik”. Sedangkan learning mempunyai makna umum yakni belajar. Maka dengan demikian dapat diartikan bahwa model yang menggunakan unsur penggabungan antara satu pola dengan pola lain yang berbeda, yakni pembelajaran dikelas (classroom) dengan pembelajaran secara dalam jaringan internet (online). Peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran tidak tergantung pada kehadiran guru saja, akan tetapi dapat secara mandiri sesuai kecepatan belajarnya. Namun demikian peran guru sebagai fasilitator pembelajaran tetap dibutuhkan sebagai konsultan ketika peserta didik menemui kendala. Berikut sajian aktifitas pembelajaran blended Learning yang bisa dikunjungi di; https://classroom.google.com/h.
Gambar 1. Konsep Blended Learning
Dalam kaitannya dengan pembelajaran sistem Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) yang saat ini tengah diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional di sekolah – sekolah menengah atas, pemanfaatan model pembelajaranpun dapat berpeluang menerapkan model pembelajaran blended learning.
Pembelajaran dengan sistem UKBM yang sejak 2017 lalu telah telah dicanangkan oleh Kementerian pendidikan nasional, adalah pecahan dari satuan pelajaran yang disusun dengan berurutan mulai dari bagian yang mudah sampai ke bagian yang sukar. UKBM merupakan perangkat belajar bagi siswa dalam upayanya mencapai kompetensi pengetahuan dan keterampilan di pembelajaran menggunakan menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS).
Secara konten, kandungan UKBM memprioritaskankan pemberian rangsangan belajar yang berpotensi menumbuhkan sifat mandiri dan pengalaman belajar peserta didik agar dapat aktif terlibat pada penguasaan kompetensi serta menyeluruh melalui pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student active) dalam upaya mendorong kemampuan agar dapat berpikir secara tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS). Adapun wujudnya antara lain ketrampilan hidup abad 21 meliputi kemampuannya berpikir secara kritis, berbuat dengan kreatif, mampu bekerja sama dengan orang lain, komunikatif, serta aktif dalam budaya literasi, dan PPK.
Demikian sekilas info dalam pelaksanaan blended Learning yang penulis lakukan di sekolah MAN 15 Jakarta. Hal tersebut dilakukan, karena belajar dari pandemi COVID-19 Dan kesadaran sekolah yang sedang dalam renovasi gedung yang menyisakan hanya beberapa kelas. Hal tersebut harus ada solusi dalam pembelajaran yang terus berlangsung, walaupun banyak hal yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran online seperti menggunakan media-meid seperti; Zoom, Whatsapp, GMeet dan Classroom.
Mengapa penulis menggunakan media Classrooms dalam pembelajaran blended Learning, karena dalam media tersebut menurut penulis sangat mudah dipahami, mudah digunakan dan lengkap fasilitas yang terdapat didalamnya. Hal tersebut dapat terlihat, tersedianya media Classrooms didalamnya dapat tersedianya, Absensi, daftar Nilai, Materi Materi Pertemuan dan berbagai DISKUSI bisa dilakukan media tersebut.etc
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.